Berjalan Menuju Shalat
Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Yahya Badrusalam
Berjalan Menuju Shalat merupakan bagian dari kajian Islam ilmiah Mukhtashar Shahih Muslim yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. Hafidzahullah. Kajian ini disampaikan pada Ahad, 28 Rabi’ul Akhir 1445 H / 12 November 2023 M.
Kajian Hadits Tentang Berjalan Menuju Shalat
Hadits 243:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ﵁ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ مَنْ تَطَهَّرَ في بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللهِ كَانَتْ خَطْوَاتهُ (١) إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Siapa yang bersuci di rumahnya kemudian ia berjalan kaki menuju rumah Allah (Masjid), untuk melaksanakan kewajiban shalat wajib yang Allah wajibkan (maksudnya shalat lima waktu), maka langkah-langkahnya salah satunya menggugurkan dosa, dan yang lainnya mengangkat derajat.” (HR. Bukhari)
Hadits ini menunjukkan akan keutamaan pergi ke masjid, dimana Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebutkan di sini bahwa orang yang pergi ke masjid, langkah kakinya itu mengangkat satu derajat, kemudian menggugurkan satu kesalahan. Akan tetapi, di sini Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberikan syarat. Syarat untuk bisa mendapatkan pahala tersebut, yaitu kalau dia bersuci di rumahnya. Kata-kata “rumah” di sini sifatnya kebiasaan, tidak menutup yang lainnya, misalnya seseorang berangkat dari kantor atau tempat kerja, yang jelas di sini Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberikan syarat.
Dari hadits ini juga kita mengetahui bahwa bersuci sebaiknya di rumah, bukan di masjid. Namun, kalau misalnya seseorang berkata: “Ah, nanti saja saya berwudunya di masjid,” ini boleh, tidak masalah. Namun Antum tidak mendapatkan keutamaan. Di antara keutamaannya adalah setiap langkah kakinya menaikkan satu derajat, dan menggugurkan satu dosa. Di antaranya juga, kalau Antum berangkat dari rumah dalam keadaan berwudu, Antum tetap dapat pahala shalat, dan itu hilang gara-gara Antum tidak berwudu terlebih dahulu.
Berjalan kaki lebih utama daripada naik kendaraan. Maka dari itu, Antum yang punya motor, digembok aja dulu. Biasakan jalan kaki ke masjid, insyaAllah sehat. Bukan cuma sehat, bahkan dapat pahala di bi’idznillah. Jangan biasakan memanjakkan diri kita dengan pakai motor. Dan dalam hadits yang sudah kita bacakan pada pertemuan sebelumnya, ada sahabat yang rumahnya paling jauh, bahkan di ujung kota Madinah, sekitar 5 km, tapi tidak pernah sekalipun absen dari shalat berjamaah. Ketika sahabat ini disuruh untuk beli kendaraan, dia tidak mau dan berkata: “Saya ingin setiap langkah kaki saya mengangkat satu derajat, menggugurkan satu dosa.” Kata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
إِنَّ لَكَ مَا احْتَسَبْتَ
“Kamu mendapatkan apa yang kamu niatkan tersebut.” (HR. Muslim)
Subhanallah… Maka, kita biasakan jalan kaki ke masjid. Ini juga menunjukkan bahwa masjid itu adalah Baitullah (rumah Allah). Dan itu menunjukkan akan keistimewaan dan kemuliaan masjid, sampai-sampai masjid itu disebut dengan rumah Allah. Makanya, masjid adalah merupakan rumah yang siapapun yang mencintainya itu mendatangkan rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Siapapun yang hatinya merasa terpaut dengannya, maka Allah akan naungi pada hari kiamat, dimana tidak ada naungan kecuali naungan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
“Untuk melaksanakan shalat lima waktu,” ini menunjukkan bahwa shalat lima waktu itu hendaknya kita lakukan di masjid, bukan di rumah. Yang di rumah itu perempuan. Maka Antum (laki-laki) yang shalat di rumah, maaf aja kayak cewek, Pak. Seorang laki-laki, kewajiban dia pergi ke masjid. Dan pendapat yang paling kuat, bahwa shalat berjamaah itu hukumnya wajib bagi laki-laki.
Lihat: Hadits Tentang Shalat Berjamaah di Masjid
Bahkan, kata Ibnul Qayyim, di antara dalil yang menunjukkan akan wajibnya shalat berjamaah adalah ijma’ para sahabat. Sampai orang yang selalu ketinggalan shalat berjamaah itu, para sahabat menuduh, jangan-jangan ini munafik. Itu di zaman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
“Maka langkah-langkah kakinya,” ini menunjukkan bahwa setiap langkah itu dihitung oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Disebutkan dalam sebuah riwayat, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memperpendek langkah kakinya. Namun, riwayat tersebut ada padanya kelemahan. Akan tetapi, kata para ulama, maknanya shahih. Disebutkan dalam sebuah riwayat yang lainnya, dihasan oleh Syaikh Al-Albani Rahimahullah, “Hendaklah ia memendekkan langkah kakinya.” Dan itu dilakukan oleh Salafush Shalih. Di mana mereka, kalau pergi ke masjid itu dipendekkan langkah kakinya. Hal ini supaya semakin memperbanyak, langkah kaki. Bayangkan, setiap langkahnya dihitung oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Itu menunjukkan betapa agungnya orang yang pergi ke masjid. Apalagi shalat Jumat, orang yang berjalan kaki menuju shalat Jumat, satu langkah kakinya lebih baik daripada shalat dan berpuasa satu tahun.
Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download dan simak mp3 kajian yang penuh manfaat ini.
Download mp3 Kajian
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/53576-berjalan-menuju-shalat/